Friday, April 10, 2009

MEMILIH PARTAI

Tanggal 9 April, Affiq juga sibuk. Dia bersemangat sekali ikut papa dan mama ke TPS. Ia sudah punya rencana. “Mama, saya mau memilih partai”.
Mama : “Nanti Nak, kalau sudah 17 tahun”
Affiq : “Tapi saya mau memilih partai juga!”
Tiba di TPS 4, satu setengah jam kemudian baru giliran mama tiba. Seperti biasa, selama itu Affiq menunggu dengan ‘aktif’, tak henti-henti ia mengusili adiknya, tak henti-hentinya pula ia memainkan kursi yang disediakan bagi para pemilih, ia juga sibuk bolak-balik memantau TPS 3 tempat papa yang berjarak 50 meter. Sampai-sampai ia tak melihat saat mama masuk ke bilik suara. Bergegas ia ke sebelah mama dan mengutarakan kembali keinginannya:
Affiq : “Mama, saya mau memilih Hanura, Gerindra, dan Golkar!”
Mama : “Ssst, tunggu dulu” (sambil membolak-balik kertas suara yang ukurannya seperti surat kabar).
Affiq : “Saya mau memilih juga”
Mama : “Oke, tandai yang ini, jangan sampai lewat” (mama menunjukkan nama caleg yang mama pilih)
Affiq bersemangat mencontreng nama-nama caleg yang mama tunjuk. Saatnya surat suara harus dimasukkan ke kotak suara, Affiq kembali memberikan instruksi: “Mama kasih masuk dua, saya kasih masuk dua”, ia mau memasukkan 2 lembar kertas suara ke kotaknya, sementara mama ‘boleh’ memasukkan yang lainnya. Setelah itu ia juga ‘menyetor’ jari kelingkingnya di wadah tinta.
Tak lama kemudian adzan dhuhur berkumandang, Affiq dan papa bergegas ke masjid dekat rumah. Sehaabis shalat, Affiq dengan bangganya menunjukkan jari kelingkingnya kepada teman-temannya. Bocah-bocah itu terkagum-kagum melihat kelingking Affiq, “Iiii, kenapa bisa? Bagaimana caranya? Di mana kau dapat itu?”, tanya mereka bersahut-sahutan.....
April 2009

KE PULAU

Pada suatu Jum’at sore, telepon berdering. Rupanya dari Nur Andrean, teman sekolah Affiq (7 tahun 8 bulan).
Andrean: “Ada Affiq?”
Mama : “Dia ke masjid, Nak. Shalat Ashar”
Andrean: “Affiq tidak bilang kah kalau mau ke pulau”
Mama : ?!?!?! (bingung), “Bagaimana, Nak? Siapa yang mau ke pulau?”
Andrean: “Saya”
Mama : “Oooo, dengan siapa kau mau ke pulau?” (masih menebak-nebak ke arah mana kira-kira percakapan ini berujung)
Andrean: “Dengan mamaku”
Mama : “Terus ?”
Andrean: “Affiq minta izin di sekolah?”
Mama : “Oooo, maksudmu, kau mau dimintakan izin?”
Andrean: “Iya”
Mama : “Kapankah kau mau ke pulau?”
Andrean: “Hari Senin!”
Mama : “Besok, kau masih ke sekolah?”
Andrean: “Iya ...”
Mama : “O, kalau begitu besok pi kau bilang sama ibu guru kalau kau mau ke pulau hari Senin. Besok baru minta izin sama ibu guru”
Andrean: “Iya, makasi pale’ ....“
Mama pun meletakkan gagang telepon sambil tersenyum geli ...
April 2009

SALAM PAMIT

Affiq (7 tahun 8 bulan), punya pemahaman sendiri tentang salam-menyalami saat berpamitan. Menurutnya, barang siapa yang hendak bepergian, dialah yang mencium tangan orang yang tinggal di rumah. Bahkan kepada adiknya Athifah (2,5 tahun). Sampai saat ini pun, jika Affiq yang hendak bepergian (ke sekolah misalnya), maka saat berpamitan pada Athifah, Affiq harus mencium tangan Athifah ....
Maret 2009

ATO’ MAKAN KUCING?

Saat Ato’ membawa mangkuk seng yang berisi sisa-sisa makanan keluar dari dapur, Athifah (2 tahun 5 bulan) sudah tahu bahwa Ato’ akan memberi makan kucing yang senantiasa numpang makan di rumah. Seperti biasa, apa yang dilihatnya, diekspresikannya dengan kalimat tanya, “Mama, Ato’ matan tucing ? Tucing matan Ato’? Matan tucing Ato’?” (artinya: “Mama, Ato’ makan kucing? Kucing makan ato’? Makan kucing ato’?”). Mama mengoreksi, “Ato’ kasih makan kucing!”. Athifah merespon, “Ato’ tati matan tucing?” (artinya:“Ato’ kasih makan kucing?”). “Iya”, jawab mama.
Maret 2009

ORANG BUGIS

Suatu hari, mama ikut papa menjemput Affiq (kelas 2 SD) di sekolahnya (SD. Inp. Bert. Mamajang 3). Saat sedang menunggu dekat mushalla, seorang anak berpakaian putih bercelana pendek merah mendekati mama dan bertanya, “Tante, orang Bugis ki’?”. Mama menjawab, “Iya”. Mama tak bisa membendung keheranannya pada redaksi pertanyaan yang kedengaran cukup aneh ini, sehingga mama bertanya, “Kenapa kamu bertanya?”. Anak laki-laki (yang ternyata teman sekelas Affiq) itu menjawab, “Tidak ji, sama ki’ itu, saya juga oranng Bugis”.... Mama berlalu sambil tersenyum geli ....
Februari 2009

LABEL AFFIQ

Ditinggalkannya pemakaian disket oleh para pengguna komputer termasuk papa, menyisakan beberapa label kosong dalam kotak penyimpanan pernak-pernik yang berhubungan dengan komputer milik papa. Label-label ini dimanfaatkan oleh Affiq (kelas 2 SD), ditulisi kemudian ditempel pada beberapa barang miliknya.
Di bawah tulisan “IBM Format” yang tercetak di baris atas label, Affiq menuliskan “M. Affiq Solihin” di baris bawahnya. Kemudian pada baris berikut ditulis “Tas” yang ia tempelkan di tas sekolahnya, “ Tempat pinsil” yang ia tempelkan pada tempat pinsilnya, dan “Air minum” yang kemudian ia tempelkan pada botol air minumnya.
Februari 2009

SUDAH BILANG ?

Affiq (7,5 tahun) senang sekali bila diajak papa ke rumah om Takdir, teman papa. Anak sulung om Takdir – kakak Alif punya note book seperti punya papa, dan Affiq boleh melihatnya bermain game di kamar jika Affiq bertandang ke rumahnya.
Suatu hari, Affiq agak kecewa setelah tahu papa baru saja pulang dari rumah om Takdir tanpa mengajaknya. Tetapi ia berusaha menutupi rasa kecewanya. Affiq bahkan bertanya pada papanya, “Papa, Papa sudah bilang sama kakak Alif?”. “Bilang apa?”, papa balas bertanya. Affiq menjawab, “Bilang, kalau saya tidak ikut Papa ke rumah kakak Alif!”. Spontan papa dan mama (yang nguping sedari tadi) , serentak berkata, “Kan tidak perlu dibilang, kakak Alif juga bisa lihat kalau Affiq tidak ikut”, sambil menahan tawa.
Februari 2009

BUKAN KAKEK

Ifa sangat senang saat ayah dari mamanya bertandang ke rumahnya di Sorowako dan menginap selama beberapa hari. Ifa bahkan tidur dengan kakeknya, yang disapa Ato’ (dari kata Lato’, dalam bahasa Bugis, yang berarti kakek), dan ikut shalat fardhu berjama’ah di belakang ato’.
Saat seorang teman mama mengajak ngobrol Ifa, dengan pertanyaan pembuka, “Ifa, di rumah ada kakek ya?”. Ifa menjawab dengan, “Tidak, tidak ada”. Teman mama berkata lagi, “Ha, tidak ada? Lantas yang di rumah Ifa itu siapa?”. Ifa menjawab, “Itu ato’, bukan kakek”. Mama menjelaskan pada temannya, “Iya, itu bapak saya. Kalau ‘kakek’ itu sebutan untuk bapak dari papanya Ifa” .
Januari 2009

KAKAK – ADIK

Ifa (6,5 tahun) mengirimkan penganan khas Luwu kepada Oma dan Ato’. Di bungkusnya ia menuliskan:
UNTUK OMA DAN ATO’
DARI KAKAK IFA DAN ADIK FAQIH
Mama yang bermaksud mengoreksi tulisan Ifa, mengatakan, “Ifa, yang benar itu ‘dari Ifa dan Faqih’ saja. Kan ini untuk oma dan ato’”. Ifa manjawab dengan yakin, “Tapi kan Ifa yang kakak, Mama. Faqih adiknya Ifa....”. Kedua anak-beranak ini pun terlibat perdebatan seru yang berakhir pada keyakinan Ifa yang tidak tergoyahkan oleh argumentasi mamanya. Mama pun hanya bisa mendesah ... menyerah ... dan mengirimkan oleh-oleh itu dengan tulisan demikian.
Januari 2009

TAMU

Athifah (2 tahun 3 bulan di awal Januari ini) sudah tahu bahwa orang yang bertandang ke rumah disebut ‘Tamu’. Suatu hari, seorang kerabat kami yang sedang betandang, tengah nonton TV di ruang keluarga. Athifah yang lagi senang-senangnya manjat dan melompat, mendemonstrasikan kemampuannya sambil berseru, “Tamu ... tamu ... iat Atita ompat !” (“Tamu ... tamu, lihat Athifah lompat”, maksudnya).
Januari 2009

BUKAN TERANG BULAN

Di Makassar, jajanan ini disebut ‘Terang Bulan’. Di Jawa dan Sumatera, namanya ‘Martabak Manis’. Di zaman sekarang, di mana beragam jajanan melimpah di mana-mana hingga di pelosok-pelosok lorong, varian jajanan ini ada, dijajakan dengan bersepeda oleh penjualnya dengan bentuk yang sangat sederhana, berbentuk lingkaran dilipat dua kali, tipis, dan kecil dengan isian meises coklat di tengahnya. Dijual seharga Rp. 500.
Affiq (7 tahun) termasuk salah seorang penggemarnya. Suatu sore yang cerah di bulan Desember 2008, ia berhasil membujuk Ato’ (kakek)-nya membelikan jajanan ini. Bersama Athifah, dengan ditemani Ato’, ia melahap jajanan ini. “Enak terang bulan ini Ato’ di’, saya suka”. Ato’ menyahut, “Bukan terang bulan ini namanya. Ini kan masih sore, belum malam. Ini namanya ‘Terang Matahari’ ”, Ato’ kumat isengnya.
Affiq kelihatan berpikir menanggapi perkataan lato’-nya. Ia pun manggut-manggut mengerti. Mulai saat itu kosa kata untuk jajanan tersebut baginya adalah ‘Terang Matahari’.
Desember 2008

DERETAN PERTANYAAN

Di usianya yang 7 tahun sekarang ini, hari-hari mama dan papa diramaikan oleh beragam pertanyaan Affiq. Ini dia sedikit dari beragam pertanyaan itu:
Kenapa tambah ? (saat melihat mamanya menambah makanan)
Apakah Allah tidur ?
Allah yang bangun neraka atau setan?
Kalau semua masuk surga, Allah yang hancurkan neraka ?
Kenapa binatang tidak shalat?
Kenapa orang shalat ?
Kenapa orang tahu bikin beras ?
Kenapa orang bisa bikin air ?
Kenapa di rak telur dalam kulkas, ada 14 tempat untuk dudukan telur ?
Kenapa kuis Me Vs Mom (di TV) pesertanya 4 orang?
Kenapa tanaman tidak sekolah ?
Kenapa orang kawin bisa hamil ?
Kenapa Allah tidak tidur ? Nanti Allah ngantuk ?
Kenapa tidak shalat ? Nanti masuk neraka ! (kepada seorang kerabat muslim yang tidak mengerjakan shalat fardhu)
Dan lain-lain.
Desember 2008

BANJIR

Tahun-tahun lalu, Affiq senang sekali bila musim hujan tiba. Apalagi kalau sampai banjir masuk ke dalam rumah. Suatu saat ia membawa ember berisi air ke dalam rumah kemudian menumpahkannya ke lantai ruangan yang baru saja di kuras. Di saat lain ia berlari-lari gembira ke sana ke mari walau berkali-berkali terpeleset jatuh sampai harus mengganti baju dan celananya hingga berkali-kali.
Bulan Desember kali ini, di saat orang-orang dewasa dalam rumah berharap musim penghujan kali ini tidak mengakibatkan banjir dalam rumah, serupa dengan tahun lalu, ia memiliki harapan yang bertolak belakang. Ia berkata pada papa, “Papa, kenapa tidak banjir dalam rumah?”
Desember 2008

UBAN

Ini kejadian waktu Ifa masih berumur 5 tahun. Mama yang sedang menyisir rambut Ifa tiba-tiba mendapat sehelai uban di sela-sela rambut hitam lurusnya.
Mama : “Ifa, ada rambut putih lho”.
Ifa : “Asyik, berarti Ifa bisa cat rambut seperti Oma …”.
Mama : “?!?!?!?!?!?”
Desember 2008

TAWAR-MENAWAR

Ifa (kelas 1 SD, 6 tahun) pulang membawa PR sebanyak 20 nomor pada suatu hari.
Mama menyuruh Ifa segera mengerjakan PR-nya. Tidak dinyana, Ifa berdiplomasi, “Mama, hari ini Ifa kerjakan 19 nomor, besok baru yang 1 nomor lagi”.
Mama : “Ya ampun Ifa, sekalian saja dikerjakan semuanya ….”. (sambil geleng-geleng kepala)
Desember 2008

MINUM TINTA MERAH

Suatu sore, gigi dan mulut Affiq dipenuhi warna merah. Dengan panik ia memperlihatkannya pada mama. Katanya, “Mama, saya terminum tinta merah…”.
Mama : “Hah, bagaimana bisa?”
Affiq : “Saya mau sikat gigi”
Mama : “Iya, cepat sana, kumur-kumur juga”.
Setelah mulutnya bebas dari warna merah, mama menanyakan lagi, bagaimana bisa ia terminum tinta merah. Jawabnya, “Saya isap …”.
Mama : “?!?!??!!?”
Desember 2008

TERLALU BAGUS

Suatu hari Affiq (kelas 2 SD, 7 tahun) pulang sekolah , memperlihatkan nilai (tulisan) Pendidikan Agama Islam-nya yang dapat 85 kepada mama. Mama memujinya, “Bagus, Nak. Berarti tulisan Affiq semakin bagus”.
Affiq : “Kalau saya dapat 100 berarti terlalu bagus, Ma?”
Mama : “Iya, kalau dapat 100 berarti tulisannya terlalu bagus” (sambil menahan senyum)
Desember 2008

PENDUDUKAN BOLA

Dalam suatu pembicaraan telepon:

Niar : "Mana anak-anak, mereka membantu ?"

Mirna : "Tuh Faqih, lagi menyapu pakai sapu lidi".

Tak lama kemudian terdengar suara gaduh Ifa (6,5 tahun) dan Faqih (1,5 tahun).

Niar : "Apa yang terjadi?"

Mirna : "Itu Ifa, dia duduki bola Faqih. Faqih berteriak marah karena bolanya diduduki. Ifa berteriak juga, marah karena ia merasa ia yang terlebih dahulu menduduki bola itu", suara Mirna di seberang sana setengah kesal.

Niar (dalam hati): “Ai, lucunya kalau hal seperti itu terjadi pada anak orang lain. Kalau anak sendiri …. Ampyun deh

Desember 2008