Tanggal 9 April, Affiq juga sibuk. Dia bersemangat sekali ikut papa dan mama ke TPS. Ia sudah punya rencana. “Mama, saya mau memilih partai”.
Mama : “Nanti Nak, kalau sudah 17 tahun”
Affiq : “Tapi saya mau memilih partai juga!”
Tiba di TPS 4, satu setengah jam kemudian baru giliran mama tiba. Seperti biasa, selama itu Affiq menunggu dengan ‘aktif’, tak henti-henti ia mengusili adiknya, tak henti-hentinya pula ia memainkan kursi yang disediakan bagi para pemilih, ia juga sibuk bolak-balik memantau TPS 3 tempat papa yang berjarak 50 meter. Sampai-sampai ia tak melihat saat mama masuk ke bilik suara. Bergegas ia ke sebelah mama dan mengutarakan kembali keinginannya:
Affiq : “Mama, saya mau memilih Hanura, Gerindra, dan Golkar!”
Mama : “Ssst, tunggu dulu” (sambil membolak-balik kertas suara yang ukurannya seperti surat kabar).
Affiq : “Saya mau memilih juga”
Mama : “Oke, tandai yang ini, jangan sampai lewat” (mama menunjukkan nama caleg yang mama pilih)
Affiq bersemangat mencontreng nama-nama caleg yang mama tunjuk. Saatnya surat suara harus dimasukkan ke kotak suara, Affiq kembali memberikan instruksi: “Mama kasih masuk dua, saya kasih masuk dua”, ia mau memasukkan 2 lembar kertas suara ke kotaknya, sementara mama ‘boleh’ memasukkan yang lainnya. Setelah itu ia juga ‘menyetor’ jari kelingkingnya di wadah tinta.
Tak lama kemudian adzan dhuhur berkumandang, Affiq dan papa bergegas ke masjid dekat rumah. Sehaabis shalat, Affiq dengan bangganya menunjukkan jari kelingkingnya kepada teman-temannya. Bocah-bocah itu terkagum-kagum melihat kelingking Affiq, “Iiii, kenapa bisa? Bagaimana caranya? Di mana kau dapat itu?”, tanya mereka bersahut-sahutan.....
April 2009